Semar Badranaya Kekayaan Pesan Filosofis dalam Wayang Golek Asep Sunandar Sunarya

Semar Badranaya Kekayaan Pesan Filosofis dalam Wayang Golek Asep Sunandar Sunarya


Wayang Golek adalah salah satu seni tradisional Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri. Di antara para dalang (pemain wayang), salah satu yang sangat dihormati dan diakui kepiawaiannya adalah Asep Sunandar Sunarya.

Dalam pergelaran wayang golek-nya, Asep Sunandar Sunarya sering menghadirkan tokoh Semar Badranaya sebagai tokoh sentral dengan pesan filosofis yang dalam.

Berikut dalam artikel ini akan mengupas tentang Semar Badranaya dalam wayang golek karya Asep Sunandar Sunarya dan pesan-pesan atau pepeling (Papatah) yang dihadirkannya.

1. Karakter Semar Badranaya dalam Wayang Golek

Semar adalah tokoh legendaris dalam dunia pewayangan Jawa, khususnya dalam tradisi wayang golek. Dalam pewayangan Jawa, Semar digambarkan sebagai abdi (pengikut) setia kesatria atau penguasa. Ia memiliki ciri fisik khas dengan tubuh yang pendek, berkulit hitam, berjanggut, dan memiliki peran penting dalam cerita-cerita pewayangan.

Dalam karya Asep Sunandar Sunarya, Semar Badranaya sering kali dihadirkan sebagai figur sentral yang berperan sebagai penasihat dan bijaksana. Di tengah kekacauan dan perang di dunia wayang, kehadiran Semar selalu membawa pesan damai dan bijaksana untuk menyelesaikan konflik.

2. Pesan filosofis dari Semar Badranaya

Melalui cerita pewayangan yang disutradarai oleh Asep Sunandar Sunarya, Semar Badranaya menyampaikan berbagai pesan filosofis yang relevan dengan kehidupan manusia. Berikut adalah beberapa di antaranya:

a. Kebijaksanaan dan Ketenangan Hati

Semar Badranaya seringkali menunjukkan sifat bijaksana dan tenang dalam menghadapi masalah atau konflik. Pesan ini mengajarkan pentingnya menjaga ketenangan hati dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Sifat bijaksana Semar juga menjadi teladan bagi penonton agar berpikir dengan tenang dan jernih dalam menghadapi permasalahan hidup.

b. Arti Sejati dari Kekuasaan

Dalam banyak cerita pewayangan, terdapat konflik untuk merebut kekuasaan. Namun, Semar Badranaya menekankan bahwa kekuasaan sejati adalah yang diperoleh dengan hati yang bersih, bukan melalui kekerasan atau tipu daya. Pesan ini mengajarkan tentang integritas dan martabat dalam berkuasa.

c. Nilai Persahabatan dan Kesetiaan

Semar Badranaya menampilkan contoh yang baik tentang persahabatan dan kesetiaan. Sebagai abdi setia, ia selalu setia mendampingi tokoh-tokoh utama dan memberikan dukungan moral. Pesan ini mengajarkan tentang arti penting persahabatan yang tulus dan saling mendukung dalam setiap situasi.

d. Keberanian dan Pengorbanan

Meskipun Semar digambarkan sebagai tokoh yang kocak dan konyol, namun ia juga menampilkan keberanian dan semangat pengorbanan yang luar biasa. Ia siap berkorban untuk kebaikan orang lain dan melawan kejahatan demi membawa keadilan. Pesan ini mengajarkan bahwa keberanian dan semangat pengorbanan adalah hal-hal penting dalam menghadapi tantangan kehidupan.

3. Relevansi Semar Badranaya dalam Kehidupan Modern

Meskipun Semar Badranaya merupakan tokoh dalam pewayangan yang berasal dari masa lalu, pesan-pesan yang ia sampaikan tetap relevan dalam kehidupan modern. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, ketenangan hati, persahabatan, kesetiaan, keberanian, dan pengorbanan tetap menjadi aspek penting dalam menghadapi kompleksitas dan dinamika kehidupan masa kini.

Contoh Papatah Semar tentang Hidup dan Ibadah

Hirup téh teu boga naon-naon. Diri sasampiran, awak sasampayan. Umur ukur gagaduhan nya Ucu? Urang mah hirup ngan ukur derma. Derma ngalakonan.

Ngan dina ngalakonan hirup ieu urang cing rido hirup téh diatur, sabab leupas tina aturan nya aya mamalana kana diri nya Cu?

Da bongan béja mah leuwih ti heula. Sabab moal pati-pati Pangéran (Gusti Alloh) ngayakeun jin jeung manusa kajaba pikeun ibadah.

Nya éta ari ibadah téh éta téh panggupay Pangéran (Gusti Alloh) supaya balik deui ka Anjeuna. Ulah nepika hirup marakayangan, nilik nilik geusan ngancik, nyawang-nyawang geusan nyayang, di mana kuring nya cicing, di mana kula nya nyayang.

Sabab di alam panyiksa mah tiris euweuh pisan pisimbuteunana, hareudang euweuh pikeun pikipaseunana, keueung euweuh pibatureun hirup.

Numawi kudu getol ogé Ucu, ibadah téh Ujang! Jadi ibadah téh migawé pagawéan anu éta pagawéan téh luyu jeung skénariona. Lempeng jeung maha konstitusi.

Ambéh naon?

Ambéh salamet dunya jeung ahérat.

Artinya:

Hidup ini tak punya apa-apa. Diri dan umur hanya titipan. Kita hidup hanya sekadar melakoni.

Dalam melakoni hidup ini, kita harus rido diatur. Sebab jika lepas dari aturan akan ada akibatnya pada diri.

Sudah lebih dulu dikabarkan. Tidak semata-mata Alloh menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.

Ibadah merupakan ajakan Alloh agar (makhluk) kembali lagi pada-Nya. Jangan sampai hidup gentayangan mencari tempat bersemayam.

Sebab di alam siksaan itu jika dingin tidak yang dapat dijadikan selimut, gerah tidak ada yang bisa dijadikan kipas, takut tidak ada yang dapat dijadikan teman hidup.

Makanya harus rajin ibadah, Nak! Jadi ibadah itu mengerjakan pekerjaan yang pekerjaan itu sesuai dengan aturan Alloh. Lurus dari yang maha mengatur.

Agar apa?

Agar selamat dunia dan akhirat.

Karya-karya Asep Sunandar Sunarya yang menghadirkan Semar Badranaya menjadi sebuah warisan budaya yang berharga bagi Indonesia. Dalam wayang golek-nya, Asep Sunandar Sunarya berhasil menyampaikan pesan-pesan filosofis dengan cerdas dan menghibur penonton. Semoga kesenian wayang golek dan pesan-pesan dari Semar Badranaya tetap dipersembahkan dan diperdalam oleh generasi-generasi mendatang untuk melestarikan kekayaan budaya Indonesia.