Arti Kata Kétang Dalam Bahasa Sunda dan Contoh Kalimatnya

Arti Kata Kétang Dalam Bahasa Sunda dan Contoh Kalimatnya


Kata "kétang" dalam bahasa Sunda memiliki arti yang menunjukkan perubahan pernyataan atau pernyataan yang bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya. Biasanya, kata ini digunakan untuk menyatakan penyangkalan atau penolakan terhadap pernyataan sebelumnya.

Contoh Kalimat yang Mengandung Kata Kétang dan Artinya

Contoh 1

Aep: Man hayang dahar embung? (Mau makan tidak?).
Eman: Hayang atuh (Mau dong).
Aep: Tapi euweuh deungeuna, baé sangu hungkul? (Tapi tak ada lauknya, gak apa-apa nasi doang?).
Eman: Embung kétang (Tidak mau ah).

Arti: Pada percakapan di atas, awalnya Eman menyatakan bahwa dia mau makan, namun setelah mendengar bahwa tak ada lauknya, dia mengubah pernyataannya menjadi tidak mau makan.

Contoh 2

Bu Guru: Ujang, hadir?
Entin: Alpa Bu.
Ujang: Hadir kétang Bu.

Arti: Dalam contoh ini, Ujang menggunakan "kétang" untuk menegaskan bahwa dirinya hadir, dan pernyataan Entin yang menyatakan ketidakhadirannya adalah salah.

Contoh 3

Ening: Mawa patlot teu? Cing nghinjeum sakeudeung (Bawa pensil gak? Coba pinjam sebentar).
Esih: Henteu, kéla kétang urang teangan heula di kantong sugan aya. (Tidak, tapi tunggu saya cari dulu di tas barangkali ada).

Arti: Dalam contoh ini, "kétang" digunakan untuk membatalkan pernyataan sebelumnya ("henteu" artinya tidak), yang awalnya Esih menyatakan tidak membawa pensil, namun setelah mencari, dia menemukan pensil di kantong sehingga dia bisa meminjamkan.

Contoh 4

Ujang: Sep kadieu cenah ceuk Pa Guru rek mere duit (Sep ke sini kata Pak Guru mau ngasih uang).
Usep: Wah? enyaan? (Wah, betul?)
Ujang: Bohong ketang… (Padahal bohong).

Arti: Dalam percakapan ini, "kétang" berarti "padahal," menunjukkan bahwa Ujang sebenarnya berbohong, dan pernyataan sebelumnya tentang uang dari Pak Guru hanyalah kebohongan.

Dengan demikian, "kétang" adalah kata yang sering digunakan dalam bahasa Sunda untuk menyatakan perubahan pernyataan, penyangkalan, atau padahal. Penggunaan kata ini menambah warna dan khasanah bahasa Sunda, serta menggambarkan karakter lucu dan unik dari bahasa dan budaya Sunda.