Jenis dan Contoh Kecap Rajekan atau Kata Ulang dalam Bahasa Sunda

Jenis dan Contoh Kecap Rajekan atau Kata Ulang dalam Bahasa Sunda


Bahasa Sunda kaya akan variasi dan keunikan dalam penggunaan katanya, salah satunya adalah melalui kecap rajekan atau kata ulang. Kecap rajekan adalah salah satu bentuk morfologi bahasa Sunda yang mengandung pengulangan kata dasar atau suku kata untuk memberikan penekanan, memperkuat makna, atau menyampaikan pesan dengan cara yang lebih ekspresif. Dalam bahasa Sunda, ada beberapa jenis kecap rajekan yang memiliki aturan dan fungsi berbeda.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis kecap rajekan beserta contoh-contohnya.

1. Rajekan Dwipurwa

Rajekan Dwipurwa adalah jenis kecap rajekan yang mengulang kata dasar secara utuh tanpa penambahan imbuhan atau perubahan bunyi. Fungsi dari rajekan dwipurwa ini biasanya untuk menunjukkan pekerjaan atau perbuatan yang dilakukan secara berulang atau berlangsung dalam waktu yang lama. Contoh-contoh kecap rajekan dwipurwa adalah:

- Sapu (Menyapu) -> Sasapu (Menyapu secara berulang)
- Tajong (Mendandang-nendang) -> Tatajong (Mendandang-nendang berulang kali)
- Tonjok (Menonjok-nonjok) -> Totonjok (Menonjok-nonjok secara berulang)
- Beres (Beres-beres) -> Beberes (Mengerjakan tugas-tugas rumah berulang kali)

2. Rajekan Dwimadya

Rajekan Dwimadya adalah jenis kecap rajekan yang mengulang suku kata pertama dari kata dasar tanpa penambahan imbuhan. Rajekan dwimadya ini menandakan suatu keadaan atau peristiwa yang berlangsung selama atau merujuk pada semuanya. Contoh-contoh kecap rajekan dwimadya adalah:

- Sabaraha (Beberapa) -> Sababaraha (Beberapa selama)
- Dulur (Sekeluarga) -> Sadudulur (Sekeluarga selama)
- Lembur (Sekampung) -> Salelembur (Sekampung selama)
- Poe (Sehari-hari) -> Sapopoe (Sehari-hari selama)
- Peuting (Semalaman) -> Sapeupeuting (Semalaman selama)

3. Rajekan Dwilingga

Rajekan Dwilingga adalah jenis kecap rajekan yang mengulang kata dasar secara utuh, tetapi memiliki arti jamak atau berulang. Rajekan dwilingga terbagi menjadi dua, yaitu dwimurni (tidak mengubah suara kata dasar) dan dwireka (mengubah suara kata dasar). Contoh-contoh kecap rajekan dwilingga adalah:

- Jalma (Orang) -> Jalma-jalma (Orang-orang)
- Lembur (Kampung) -> Lembur-lembur (Kampung-kampung)
- Korsi (Kursi) -> Korsi-korsi (Kursi-kursi)
- Cileung -> Culang cileung -> Clangak clinguk
- Pelong -> Pulang pelong -> Lihat-lihat
- Lieuk -> Luak lieuk -> Larak lirik

4. Rajekan Trilingga

Rajekan Trilingga adalah jenis kecap rajekan yang mengulang kata dasar tiga kali dan berubah bunyi. Rajekan Trilingga biasanya diterapkan pada kata yang terdiri dari 3 atau 4 huruf. Contoh-contoh kecap rajekan trilingga adalah:

- Dat -> Dit -> Dut
- Tang -> Ting -> Tung
- Trang -> Tring -> Trung
- Plak -> Plik -> Pluk

5. Rajekan Rarangken Hareup dan Rarangken Tukang

Selain kecap rajekan yang mengulang kata dasar atau suku kata, ada juga rajekan rarangken hareup dan rarangken tukang. Rajekan rarangken hareup adalah kecap rajekan yang ditambahkan awalan (hareup) pada kata dasar, sedangkan rajekan rarangken tukang adalah kecap rajekan yang ditambahkan akhiran (tukang) pada kata dasar. Contoh-contoh kecap rajekan rarangken hareup dan rarangken tukang adalah:

- Hareup: Cinta (Sayang) -> Hareup cinta (Mencintai)
- Tukang: Maraneh (Menyanyi) -> Maraneh tukang (Menyanyikan)

Dalam percakapan sehari-hari, kecap rajekan atau kata ulang merupakan bagian yang menarik dan khas dalam bahasa Sunda. Penggunaan kecap rajekan dapat memperkaya komunikasi dan menambah ekspresi dalam menyampaikan pesan atau informasi. Terimakasih semoga dapat bermanfaat.