Arti Kata Borokokok Siah dan Contoh Kalimatnya

Arti Kata Borokokok Siah dan Contoh Kalimatnya


Kata "Borokokok Siah" adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Sunda yang memiliki konotasi negatif. Istilah ini berasal dari kosakata bahasa Sunda yang populer berkat tokoh fiksi "Si Kabayan" dalam film-film Sunda. Ungkapan "Borokokok Siah" digunakan untuk menyatakan bahwa seseorang dianggap menyebalkan, bodoh, atau kurang menyenangkan.

"Borokokok" merupakan sebutan untuk orang bodoh atau pandirâ dalam bahasa Sunda. Kata ini mengandung arti negatif dan sering digunakan untuk menyindir atau merendahkan seseorang. Sedangkan, "Siah" atau "Sia" adalah kata ganti orang kedua tunggal dalam bahasa Sunda dengan konotasi kasar. Dalam bahasa loma atau kasar, kata ini menggantikan "kamu" dalam bahasa Indonesia.

Ketika kedua kata tersebut digabungkan, "Borokokok Siah" menunjukkan penghinaan atau rasa ketidakpuasan terhadap seseorang. Biasanya, ungkapan ini digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan atau kekecewaan terhadap perilaku atau tindakan orang tersebut.

Contoh Kalimat


1. Aya ari rame, tara bareng ti siah. (Ada acara seru, tapi tidak bareng kamu.)

2. Ge leresan sok ngalor-ngidul, ngan kudu ngajalankeun siah. (Omongannya selalu berbelit-belit, gak ngerti harus ditempatin kemana.)

3. Diajar ngajanten, sikikna malah gugup, borokokok siah. (Sudah diajarin memasak, tapi malah grogi, menyebalkan.)

4. Matak narik kertas teh hayang loba, kalahna kabeh janten rodo borokokok siah. (Matanya mencuri-curi kertas, padahal semuanya sudah jelas, jadi bodoh.)

5. Eta anak mah, bapakna ogé, sok sumping janten rengse borokokok siah. (Anak itu, ayahnya juga, suka bikin onar jadi menyebalkan.)

6. Upami ngan beda atuh teh tiasa aya akhirna, eta henteu mikade borokokok siah. (Kalau nggak ada bedanya kan akhirnya, ini nggak usah bikin ribet deh.)

Ungkapan "Borokokok Siah" sering digunakan secara santai atau untuk menyindir, namun penting untuk tetap berhati-hati dan menghormati perasaan orang lain ketika menggunakan kata-kata ini. Sampaikan ungkapan tersebut dengan bijaksana dan dalam konteks yang tepat, agar tidak menyinggung perasaan orang lain.